MUHSINUN: WAHYU PERTAMA MENYINGGUNG REPRODUKSI MANUSIA

WahyuPertamadimulaidenganPerintahIqra-1Jember-Jurnalisme Warga. “Islam memandang pendidikan kesehatan reproduksi itu sangat penting. Bahkan kalau kita cermati, masalah reproduksi ini disampaikan dalam wahyu yang pertama: “Iqra’ bismi rabbika alladzi khalaq, khalaq al-insaana min ‘alaq”. Artinya, bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, menciptakan manusia dari segumpal darah. Jadi, Tuhan menyampaikan wahyunya yang pertama kali kepada Nabi Muhammad tentang proses penciptaan manusia yang berasal dari segumpal darah, yang hal itu terjadi dalam rahim ibu. Ini secara langsung berkenaan dengan masalah reproduksi”, demikian jelas kiai Muhsinun, tokoh agama di Kecmatan Silo kepada Fathor Rahman dari Jurnalisme Warga.
Anggota Forum Peduli Kesehatan Masyarakat Kecamatan Silo ini mengatakan bahwa dari ayat tersebut kita dapat menarik kesimpulan, kesehatan reproduksi itu penting. Sebab, dalam Islam hal itu disampaikan pertama kali. Karena itu, kita harus belajar tentang kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi itu menjadi niscaya. Di samping itu, masalah reproduksi dan kesehatan ibu dan anak ini adalah titik krusial, karena berkenaan dengan masalah regenerasi manusia.Kita ambil contoh masalah ASI misalnya, lanjut kiai Muhsinun,kita lihat saja Nabi Muhammad. Ketika nabi lahir dan ibunya, Siti Aminah tidak bisa menyusui, Nabi tidak dikasih susu kambing, kerbau, sapi, atau susu formula. Nabi disusukan kepada seorang ibu. Hasilnya, lihatlah Nabi: dia cerdas lahir batin, spiritualitasnya juga kuat. Jadi, kalau misalnya seorang ibu tidak menyusui bayinya lantaran suatu dan lain hal, jangan langsung diputuskan untuk dikasih susu formula. Kita bisa dan diperbolehkan mencari ASI pengganti.
Ketika disinggung tentang keterlibatannya dalam FPKM, kiai Muhsinun mengatakan, “Nah, itu dia, dari sisi agama masalah kesehatan itu adalah suatu yang penting, sedangkan di sisi lain ada teman-teman, khususnya dari FPKM yang bersemangat mensosialisasikan masalah kesehatan kepada masyarakat, ini klop. Ini bukan hanya kerja-kerja sosial, melainkan juga kerja religius, karena dasarnya dalam agama sangat kuat. Teman-teman aktivis sosial dan para pemuka agama bisa bergandengan tangan dalam rangka mewujudkan idealitas kesehatan masyarakat. Jadi, saya mewajibkan diri masuk dalam FPKM itu”.
Penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi, ASI eksklusif, dan persalinan aman yang disampaikan dalam forum yang agak detil itu, saya sampaikan ke keluarga, jamaah, dan para tetangga saya secara door to door. Kalau ada kegiatan Posyandu, saya siarkan dengan menggunakan pengeras suara di masjid. Saya juga sampaikan bahwa masalah kesehatan itu tidak terpisah dari agama. Saya melihat, sudah ada sedikit perubahan dari perilaku kesehatan masyarakat terkait dengan hal-hal itu. Misalnya, sebagian besar masyarakat mulai menyadari bahwa persalinan aman itu harus dengan bantuan tenaga medis atau bidan, bukan ke dukun; ibu-ibu lebih suka memberikan ASI pada anaknya ketimbang susu formula. Hal yang masih perlu mendapatkan perhatian penuh adalah sosialisasi tentang IMD. Masyarakat masih banyak yang merasa asing mendengar masalah itu. Ini tugas kita semua mengakrabkan masyarakat dengan istilah-istilah itu.
Harapan saya kepada pemerintah adalah untuk bisa tetap mempertahankan kebijakan-kebijakan dan program-program pro-rakyat, seperti Jampersal. Mungkin juga perlu digalakkan program pemerintah mengenai kemitraan antara bidan-dukun beranak. Kepada tenaga medis diharapkan jangan membeda-bedakan pasien. Tidak boleh pilih kasih. Pasien miskin jangan dipandang sebelah mata atau diperlakukan tidak selayaknya. Perlakuan terhadap mereka harus sama-sama baik karena mereka memiliki hak yang sama. Jika sikap non-diskriminatif ini dapat dihindari oleh tenaga medis, maka saya kira masyarakat tidak usah disuruh, apalagi dipaksa untuk melakukan persalinan aman dan hal-hal lain demi kesehatan reproduksinya. (Fathor Rahman Jm/JW).

Leave a comment